MAROS - Menyambangi Kabupaten Maros di Kamis pagi, 1 September 2022, Prof Jufri berbagi ilmu kepariwisataan kepada sekira 40 orang Pengelola Homestay. Lelaki bernama lengkap Muhammad Jufri itu adalah Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan..
Mereka tak lain perwakilan 14 kecamatan di Maros yang notabene membawahi 103 wilayah Desa/kelurahan. Dikatakan sang Professor agar para Pengelola Homestay menggandeng pihak lain untuk bersama-sama membangun dan mengembangkan pariwisata.
"Jangan bekerja sendiri, bahwa kita hanya menunggu tamu itu datang sendiri. Tapi kita berkolaborasi dengan pihak lain, " kata Jufri di Lantai 4, Meeting Room, Grand Town Hotel Mandai Maros.
Semisal Event Organizer (EO), kegiatan yang sejatinya bisa mendatangkan orang banyak, baik itu pengunjung biasa ataupun wisatawan, lazimnya digerakkan oleh EO yang memang arahnya bekerja secara profesional dan terukur. Tingkat kunjungan yang tinggi bisa dicapai jika ada daya tarik di satu destinasi.
Dengan fasilitasi EO ini, kegiatan tertentu bisa dilaksanakan di sekitar homestay. Ataupun untuk menginap di homestay, sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari paket kegiatan yang ditangani EO.
"Misalnya bekerja sama dengan EO. Ada kan EO Outbound, biasanya itu mereka diinapkan, tentu butuh penginapan, butuh homestay, butuh juga disajikan makanan, dan fasilitas lain yang membuatnya bisa betah, " ujar Professor itu.
Lanjut Jufri, sebagaimana penekanan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf/Baparekraf RI), bahwa dewasa ini sudah saatnya berkolaborasi. Tiga hal yang saling terkait dari penekanan itu yakni inovasi, adaptif, dan kolaboratif.
"Ini menjadi hal penting di pariwisata. Saat ini bukan lagi saatnya kita berkompetisi, Mas Menteri (Red:Sandiaga Salahuddin Uno) sering menyebutkan, sekarang ini kita harus berkolaborasi, " imbuhnya.
Lagi-lagi masih mengutip pernyataan Menparekraf/Kepala Baparekraf RI yang akrab disapa Mas Menteri. Untuk mengembangkan kepariwisataan, tidak elok jika memindahkan penduduk setempat ke tempat lain, hanya karena berharap memoles tempat tertentu menjadi destinasi wisata yang wah (luar biasa).
"Dimana-mana tempat wisata dikembangkan, jangan berpikir mengeluarkan penduduk asli disitu. Konsepnya, memberdayakan penduduk asli disana, " pungkasnya.
Kadisbudpar Sulsel lalu mengajak para peserta Pelatihan Pengelolaan Usaha Homestay/Pondok Wisata yang dilaksanakan Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Maros, agar memberikan dukungan penuh kepada Pemerintah yang tak henti memperhatikan pengembangan kepariwisataan.
"Alhamdulillah, dukungan bantuan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan kepada Pemerintah Kabupaten Maros terus mengalir Saya kira. Pak Gubernur, Bapak Andi Sudirman Sulaiman dalam kesmepatan baru-baru ini memberikan bantuan untuk pembangunan infrastruktur di Kampung Berua, " ujarnya.
Terkait infrastruktur, Jufri menegaskan untuk tidak melenyapkan rumah-rumah khas yang ada, berdiri sejak lama di Desa Wisata Rammang-rammang. Terdapat puluhan rumah warga, bersama penduduk pribumi, mendiami destinasi wisata Kampoeng Karst Rammang Rammang, di Dusun Salenrang dan juga Dusun Rammang-rammang, Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa.
"Di Desa Wisata itu, diharapkan tidak dibangun hotel. Yang ada, rumah-rumah masyarakat dijadikan homestay, mungkin 1 kamarnya bisa dipersewakan untuk ditempati menginap, " tutupnya di Kamis siang.
Baca juga:
Nagari Pariangan, Indahnya Desaku
|
Homestay sendiri, prinsipnya hanya menyewakan hingga maksimal 5 kamar di setiap unitnya. Fasilitasnya dibuat nyaman dan berstandar, lebih penting lagi bagaimana membuat betah pengunjungnya. (*)